SETENGAH HARI DI BANDAR SERI BEGAWAN

Setengah hari di Bandar Seri Begawan (BSB)? Ngapain aja Tho? Puas gitu? Iya, ketika menyambangi Brunei Darussalam, gue cuma punya setengah hari untuk mengeksplorasi ibukota negara kecil tetangga kita ini. Tadinya gue merencanakan untuk mengeksporasi BSB selama 1.5 hari, tetapi dikarenakan mahalnya penginapan di BSB, akhirnya gue mempersingkatnya menjadi hanya setengah hari saja. BSB hanya memiliki sebuah “hostel” bernama Pusat Belia. Nah, si Pusat Belia ini berdasarkan banyak review yang gue baca walaupun murah hanya 10 BND, tetapi memiliki banyak “permasalahan” bagi gue yang mempunyai itinerary terbatas. Permasalahan pertama adalah Pusat Belia tidak bisa dibooking online bahkan dengan kita mengirimkan email ke pengurusnya. Masalah lainnya adalah misalnya kita go-show langsung mendatangi Pusat Belia, pengurusnya belum tentu available setiap saat.Masalah terakhir adalah si Pusat Belia ini BELUM TENTU DIBUKA UNTUK UMUM, jadi bisa saja Pusat Belia dipergunakan untuk internal dan tidak menerima tamu dari luar. Dan akhirnya gue harus menginap di sebuah hotel dengan rate 70 BND. Baru kali ini gue traveling dengan budget sendiri dan menginap di hotel. Huwaaaa. Selain masalah mahalnya penginapan, objek wisata di BSB nggak banyak dan jarak antara salah satu ke lainnya juga cukup dekat jadi gue beranggapan bahwa waktu setengah hari cukup. Cukup Tho? Baca terus ya. Hahaha

Depan Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolqiah

 Setelah insiden diusir karena nggak boleh tidur di dalam bandara Miri dan akhirnya tidur ngemper di luar bandara, sekitar pukul 6 pagi gue langsung cus menuju Terminal Pujut menggunakan taksi yang berjejer di depan bandara. Gue terpaksa naksi dan merogoh kocek 30 MYR karena kota kecil penghasil minyak ini selain bandaranya nggak buka 24 jam juga nggak mempunyai angkutan umum berupa bus apalagi ojek. Huhuhu. Sesampainya di Terminal Pujut, gue langsung menghampiri loket penjualan tiket bus PHLS Express Miri-BSB dan merogoh kocek kembali sebanyak 50 MYR. Perjalanan dari Miri ke BSB memakan waktu selama kurang lebih 3 jam dan sudah termasuk proses imigrasi. Bus antarkota/antarnegara akan menurunkan penumpang di depan McArthur Waterfront dan dikarenakan lokasinya dekat dengan Pasar Tamu Kianggeh, gue pun mampir sebentar di sini. Gue nggak menghabiskan waktu berlama-lama di sini karena pasarnya ya kaya pasar tradisional di Indonesia, tambahan lagi, cuaca saat itu panas banget. See? Baru beberapa menit sampai gue udah mencoret salah satu destinasi di BSB. Hahaha. Singkat cerita, gue sampai di hotel. Iya, kalian nggak salah baca. H-O-T-E-L tanpa S di tengahnya. Karena masih pukul 12an, gue belum bisa check-in dan si mas-mas resepsionis yang ternyata TKI asal Magelang ini menawarkan untuk menggunakan fasilitas shuttle van mereka yang akan mengantarkan kita ke objek wisata dalam kota BSB. Fasilitas shuttle van yang diberikan The Capital Residence Suites ini berangkat pada jam tertentu (setiap jam ganjil dimulai dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam). Lumayanlah bisa gue manfaatin untuk mengunjungi Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolqiah yang letaknya memang agak jauh dan tadinya nggak gue masukin itinerary. Hehehe. Guepun berangkat ke masjid megah berkubah emas ini sekalian sholat di sana.

Masjid SOAS

 Sekembalinya ke hotel, gue iseng ngecek couchsurfing (CS) dan ada pesan masuk dari CSer BSB yang bersedia meluangkan waktu untuk menemani gue keliling BSB. Yay! Sebelum keberangkatan gue ke BSB, gue emang sempet iseng-iseng posting itinerary yang teramat sangat singkat di CS. Dan rejeki traveler yang nggak sholeh-sholeh amat, postingan gue dibaca oleh seorang CSer BSB yang baik hati bernama Kevin. Gue langsung mandi karena terakhir kali gue mandi itu kemarin siang. Hahaha. Agak sorean, Kevin udah muncul di depan hotel dengan mobilnya dan kemudian membawa gue ke sebuah restoran untuk makan siang karena sepertinya dia bisa tau kalau gue belum makan siang. Sesudah late-lunch, Kevin membawa gue ke Royal Regalia dimana benda-benda pusaka kerajaan disimpan. Namun sayangnya, 5 menit menjelang tutup jadi nggak bisa masuk. Huhuhu.

SOAS at night

 Perjalanan kami lanjutkan ke Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien (SOAS). Masjid dengan danau buatan ini begitu indah. Gue pun menyempatkan untuk sholat di sini. Gue agak lama di sini sampai kegelapan menyelimuti langit Bandar Seri Begawan. Setelah gelap, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk mencari makanan khas Brunei bernama ambuyat. Ambuyat ini mirip papeda dari Ambon. Yup, ambuyat juga terbuat dari sagu. Bedanya, kalau papeda enak dimakan dengan kuah kuning, ambuyat dimakan dengan sambal tempoyak (durian) dan berbagai macam lauk-pauk. Kenyang makan sagu, guepun meminta diantarkan kembali ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, Kevin memberhentikan mobilnya di depan gerbang istana kesultanan Brunei. Ahhh, jadi semua tempat di BSB sudah gue kunjungi. Eh nggak semua, ada Hotel Empire yang memang sengaja gue skip. Hehehe

Depan Istana Kesultanan

16 responses to “SETENGAH HARI DI BANDAR SERI BEGAWAN

  1. Dan itu pas diajak makan ditraktir gak? 🙂
    Duh susah ya kalo gak ada kenalan di sana, ke mana-mana naik taksi muahal. >.<

    • Masa aku sebutin kalo ditraktir sih omnduut. *malumalu*
      Biasa kalo hotel di BSB menawarkan shuttle gratis ke tempat wisata om. Teman pernah di hotel lain juga ada fasilitas ini

      • Terus terang aku penasaran. Jadi gini… hmm agak serba salah nulisnya.

        Ketika di Malaka, kami (aku dan satu temen) juga sempet diajakin ketemuan sama anak CS sana juga. Dari awal beliau ngajakin makan malam dan nanya, “budget kalian berapa?” trus kita sebutinlah.

        Dari awal kita sih sudah nggak espektasi bakalan ditraktir. Udah diajakin jalan, dijemput dan muter-muter Malaka yang kecil itu aja udah syukur banget.

        Dan bener, pas kita makan ya bayar sendiri-sendiri.

        Cuma, ntah darimana mulainya, kita berdua tergelitik untuk diskusiin mengenai hal ini 🙂 “Bang, kalau di kita (maksudnya di Indonesia) pasti udah ditraktir ya tamunya”

        “Iya sih” mau gak mau aku harus setuju.

        Selain biasanya bentuk menghormati tamu, makanan yang kami makan juga bisa dibilang murah banget dan untuk pekerjaannya yang bagus di sana, sebenarnya kecil banget untuk ntraktir.

        Tapi ya gak bisa disalahin sih, sekali lagi balik-balik bahwa udah dijemput dan diajakin jalan aja udah makasih banget.

        Nah aku nanya gitu sebagai bentuk rasa penasaran aja 🙂 apakah pengalamanku dan mas Antho sama atau nggak 🙂

      • nah, emang kalo ama CS sih pasti tergantung host nya. toh kita sbg surfer sih udah bersyukur ada orang lokal yang mau nemenin kan. soal makan ini, aku jg nggak ekspektasi untuk ditraktir sih om. pas mau bayar juga aku udah ngasih uang ke dia, eh dia bilang “no, it’s on me”. ya alhamdulillah. hehehe.

  2. Iya betul 🙂 balik-balik ke orangnya ya.
    Seminggu di Malaysia (Malaka, Penang, KL, Langkawi) kirim puluhan pesan ke CSers, sedikit sekali yang merespon. Sekalinya direspon ya ditolak. Mungkin aku belum cukup soleh hehe.

    Nah yang ngajakin jalan ini baru respon setelah kita udah di Malaka, udah pesen hostel pula. At least, niat baiknya ada ya. (y)

  3. Saya di BSB 2 hari 1 malem, tapi cuma explore downtown setengah hari jugaa :)) Mana apes banget pas datengin Pusat Belia ternyata kamarnya penuh. Alhasil tidur di bandara deh. Untung waktu itu ada semacem pameran barang-barang ASEAN, jadi ada sofa dan kursi. Saya bareng 2 turis lainnya tidur di display tersebut hahaha.

    • halo ekkairianto. kemarin itu di miri cuma transit aja. nggak keliling hehe. tapi ada cave gitu sih

Leave a reply to ekkairianto Cancel reply