Sebut Saja Gw Pejalan

Istilah backpacker sekarang ini sedang boom di Indonesia. Banyak bertebaran akun-akun yang membawa nama backpack di twitter maupun facebook. Bahkan banyak juga yang menamakan blog mereka dengan istilah ini. Semua sah-sah aja sih. Hak masing-masing orang. Tapi, apa sih sebenarnya arti backpacking sebenarnya? Kalau berdasarkan WIKIPEDIA :

Backpacking is a form of low-cost, independent international travel. It includes the use of a backpack or other luggage that is easily carried for long distances or long periods of time; the use of public transport; inexpensive lodging such as youth hostels a longer duration to the trip when compared with conventional vacations; and an interest in meeting the locals as well as seeing the sights”.

Beberapa kata kunci dari backpacking itu sendiri adalah low-cost, menggunakan backpack, menggunakan transportasi umum, durasinya lama dan interaksi dengan penduduk lokal. Hal yang dipentingkan pejalan di Indonesia untuk mengkategorikan backpacking itu mayoritas berpatokan hanya pada poin pertama yaitu low-cost. Dengan biaya seminim mungkin, lo akan dianggap backpacker jagoan. Misalnya, keliling negara A cuma dengan sekian juta. Well, pikiran ini yang membuat menjamurnya juga buku-buku sejenis. Selain itu, banyak juga travel/tour agent yang menawarkan paket wisatanya dengan embel-embel “paket backpacker” karena mereka melihat menggeliatnya pariwisata Indonesia dan juga booming-nya istilah backpacker. Kata kunci kedua adalah menggunakan backpack. Well, mayoritas pejalan memang menggunakan backpack sebagai bahan bawaannya. Kalau gw sih melihatnya dari faktor simple-nya. Nggak lucu kan ke pantai terus gerek-gerek koper! Yang ketiga adalah menggunakan transportasi umum. Nah, memang kebanyakan pejalan yang menyebut diri mereka backpacker ini menggunakan transportasi umum. Tapi nggak jarang juga yang menyewa angkutan umum itu. Nah, poin naik angkutan umum di sini akan berkaitan dengan poin kelima dimana diharapkan dengan naik angkutan umum, pejalan dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Lha kalau sudah menyewa angkutannya, itu kan nantinya interaksi hanya dengan kelompoknya saja. Karena poin kelima sudah terlanjur dibahas, jadi tersisa poin keempat yaitu durasinya lama. Durasi lama ini karena backpacker yang awalnya diperkenalkan bukan dari Indonesia yang memang jatah liburnya sedikit. Sedangkan di luar negeri, jumlah cuti/libur mereka banyak pake banget. Jadi saat mereka melakukan backpacking, mereka bisa berlama-lama seperti tidak dikejar waktu. Gw pernah beberapa kali bertemu backpacker dari beberapa negara. Mereka umumnya memiliki libur sebulan sampai 3 bulan. Ya, nggak bisa disalahkan juga kalau di Indonesia, poin keempat “tergeser” dengan alasan libur di Indonesia nggak lama.

Gw pernah baca artikel di satu majalah in-flight yang membahas tentang perbedaan turis dengan traveler. Nah, si penulis membedakannya hanya berdasarkan pada siapa yang ngatur. Si turis diatur segala keperluannya, dari penginapan sampai transportasi, sedangkan traveler mengatur semua hal sendiri. Tidak dibedakan apakah penginapan yang diinapi akan membedakan turis dengan traveler. Jadi, mau tinggal di hotel ataupun hostel, kalau kalian atur sendiri, si penulis akan mengkategorikan kalian ke dalam traveler. Ada juga istilah flashpacker, yaitu pelancong yang tidak menggunakan jasa agen travel, namun tetap memperhatikan kemudahan dan kenyamanan, sehingga tentu dana yang keluar cukup besar. Sebenarnya label-label itu tidak penting. Gw tidak pernah menyebut diri saya sebagai backpacker, tetapi  saya memang melakukan perjalanan dengan cara traveling secara independen dengan anggaran minim.  Demikian juga turis, traveler, explorer, observer, dan sebagainya, buat gw itu adalah label-label saja. Ada backpacker yang menolak dirinya disebut turis dan keukeuh minta disebut traveler. Buat gw  lucu juga, karena sebenarnya pada hakikatnya backpacker itu juga turis yaitu mencari hal-hal yang “eksotik” yang berbeda dari kehidupannya demi kesenangannya sendiri.

Gw sendiri nggak mau menyebut diri gw backpacker, sebut saja gw pejalan. Gw nggak melakukan semua kategori backpacker, apalagi yang sampe mengorbankan tingkat kenyamanan gw. Well, awalnya gw melakukan traveling kan untuk mencari hiburan; kabur dari rutinitas sehari-hari. Tetapi terkadang gw juga bisa melakukan apa yang dilakukan petualang. Gw nggak suka mengotak-ngotakkan karakter (baca traveler). Ada yang bilang turis itu lame, backpacker itu keren. Orang menganggap backpacker lebih jagoan.  Tapi menurut gw yang terpenting adalah how to experience your journey. Bagi gw, traveling merupakan pengalaman personal masing-masing individu. Itulah kenapa gw nggak pernah suka orang yang menaruh label-label. Turis versus traveler. Backpacker versus suitcaser. On the beaten path versus Off the beaten path. Orang boleh menyebut gw apa aja (disebut turis juga nggak apa-apa). Gw nggak mempermasalahkan hal itu selama gw senang dengan apa yang gw lakukan saat traveling. Intinya sih, mau seperti apapun gaya jalan-jalan kalian, selama tidak merusak alam dan budaya setempat, itu sudah cukup. 🙂

“Don’t let your luggage define your travels, each life unravels differently.” ~ Shane Koyczan

14 responses to “Sebut Saja Gw Pejalan

  1. Sukak sama postingan lo ini mas 🙂

    “Gw sendiri nggak mau menyebut diri gw backpacker, sebut saja gw pejalan” < kalo gue ada Temen yg nanya kadang2.. 'Jadi lo backpacker dhit? Udah kemana aja?'

    Gue cuma bisa jawab.. Bukan gue cuma suka jalan2 aja..haha.. Lagian belum jauh track record gue.. LOL..

    Tapi jujur dulu gue sempet mikir.. Backpacker itu keceh! Karena jujur gue gak suka jalan2 Dan diatur (well sebut aja turis) karena gak enak diatur2..gak bebas.. Kaya pengen kentut tapi dilarang-larang #apasihChoy

    Tapi.. Setelah ketemu Temen Baru.. Banyak mendengar..banyak mencerna.. Banyak ngeliat Dan banyak merasa.. Well.. That's doesn't matter for me now..

    Yg penting itu.. Gue suka Dan gue happy + bisa sambil belajar Dan nambah pengalaman idup sedikit banyaknya.. 🙂

    Powered by Telkomsel BlackBerry®

    • Wuih..Cpt bnr udah mampir..Makasih ya..
      Iya yg penting emang kita happy dg perjalanan kita..Well, getting new friends..Getting new experience..And make us a better person 🙂

      Klo dr komen lo, gw paling suka yg ini:
      “Powered by Telkomsel BlackBerry®” =))

  2. Agree!, gue sih sukanya emang jalan2 sendiri aka ga suka ikut tour agent, tp bukannya ga pernah.
    Gue juga bukan backpacker meskipun jika bisa bayar lebih murah ngapain yang mahal but kenyamanan dan kenikmatan ga bisa gue lepasin, liburan dinikmati jangan dibikin susahkan yah nyahahaha. Kalo gue traveling bisa kayak “Samantha Brown” *AMIN* yah ga mungkin nolak lah gue nyahahaha.
    kalo masalah backpack, memang sih gue suka karena praktis tinggal dibopong gitu, tp kadang gue juga pake koper kok, tergantung tujuan lah.
    Masalah budget, jelas gue kaga mureh secara gue suka coba ini itu (kuliner) en ga bisa ngirit kalo soal makan hahaha, em… dimana aja sih *ngaca di cermin*
    Turis vs traveler: personally for me bukannya sama aja yah, lha gue orang Malang kerja di Jakarta pas ke Bandung > turis lah gue (turis domestic) sekaligus gue juga traveler krn gue melakukan traveling, bener ga?

    Okay, I’m with you dude. I’M NOT A BACKPACKER!

    Lagian kan semua punya tolak ukur dan tingkat kepuasan masing2 yah, yang penting fun and jadi diri sendiri bukan ngikutin trend doang.

  3. Soal peristilahan perlu kesepakatan hanya untuk kepentingan literer, yg lebih baik adalah menjalaninya, dengan caramu sendiri.

Leave a reply to kucingbloon Cancel reply